Sabtu, 16 Juni 2012

WHAT'S NEW?



TANGAN YANG DICIUM RASULULLAH SAW


Rasulullah Muhammad SAW adalah tokoh yang memiliki pengaruh luar biasa dalam kehidupan. Beliau seperti matahari yang menjadi pusat orbit perubahan peradaban umat manusia. Risalahnya menjadi panduan hidup tak tergantikan, kata-katanya diaplikasikan pengikutnya dan perilakunya diteladani sepanjang jaman. Dalam sejarah kehidupan Rasulullah SAW, setiap kali beliau hadir disuatu tempat, orang memburu untuk melihat wajah lembutnya, berdesak untuk menyalami tangan sucinya dan berebut memohon doa kebaikan darinya. Para sahabat setianya mengerumuni beliau tak pernah lepas, baik dalam majlis yang damai maupun dalam perang yang berkecamuk. Pribadi Rasulullah SAW laksanaka ‘magnet kesempurnaan’ yang menyedot ‘besi-besi kebaikan’ di sekitarnya.

Tetapi, tahukah kita bahwa beliau pernah mencium dua tangan yang kemudian beliau doakan sebagai tangan-tangan ahli surga? Gerangan tangan siapakah yang mendapat kehormatan dicium oleh insan termulia?

Tangan pertama adalah tangan putri tercinta beliau, Fatimah az-Zahra binti Rasulullah. Sejarah mencatat bahwa setiap kali Rasulullah merindukan surga, maka beliau senantiasa mendatangi Fatimah putrinya. Rasulullah SAW seringkali bersabda, “Fatimah adalah belahan jiwaku, barangsiapa yang membuatnya bahagia, dia juga membahagiakanku; dan barangsiapa yang menyebabkan dia berduka berarti juga membuatku berduka”.

Apa yang melatarbelakangi terpilihnya tangan Fatimah mendapat kemuliaan dan jaminan dari ayahandanya? Fatimah az-Zahra adalah putri Rasulullah Saw buah perkawinannya dengan Khadijah al-kubra, ummul mukminin. Fatimah kecil dididik dalam atmosfir puncak kesederhanaan rumah tangga Nabi. Seluruh kemuliaan ayahanda terekam jelas di hati Fatimah. Ujian begitu dahsyat yang bertubi-tubi menerpa ayahandanya juga dialaminya. Berbagai ujian itulah yang menempa Fatimah menjadi sosok yang tangguh. Sepeninggal ibu yang sangat dicintainya, Fatimah mendampingi langsung perjuangan ayahandanya. Fatimah selalu menangis tersedu manakala melihat ayahandanya yang berdakwah dicaci maki, dan dilempari kotoran. Tangan Fatimahlah yang membersihkan kotoran di tubuh ayahandanya. Begitu besar perhatian dan kasih sayang Fatimah pada ayahandanya sehingga dia dijuluki ummu abiiha (Ibu dari ayahnya).

Setelah menikah dengan Sayyidina Ali bin Abu Thalib kw, Fatimah tetap hidup sederhana. Meskipun ayahnya memiliki kekuasaan penuh atas umat Islam, Fatimah tidak pernah meminta lebih. Beliau tetap mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri, bahkan seringkali tangannya melepuh karena menggiling gandum. Tangan ini pula yang terkenal sangat dermawan. Bahkan dalam setiap doa, Fatimah senantiasa mendahulukan menyebut tetangganya satu persatu agar diberikan ampunan dan keridhoan Allah SWT, ketika Hasan bin Ali bin Abu Thalib, putranya, bertanya mengapa ibu mendoakan semua tetangga, dan tidak menyebut satu orangpun anggota rumah, Fatimah menjawab, ‘Al-jar qobla al-dar’ (dahulukan tetangga sebelum rumah kita). Karena itu, tidak mengherankan kalau Rasul senantiasa mencium tangan suci Fatimah.

Tangan kedua yang dicium Rasulullah SAW adalah tangan seorang sahabat mulia Rasulullah, Saad al-Anshori. Saad adalah simbol orang kecil. Tetapi penuh kejujuran dan kesederhanaan dalam hidup. Dia hanya seorang tukang batu, yang kesehariannya bergelut dengan terik matahari. Panas matahari menjadi sajian utama mengiringi kerja kerasnya memecahkan batu demi batu. Saad mungkin tidak terlalu tenar dalam lintas sejarah Islam, dibandingkan sahabat-sahabat yang lain. Tetapi kegigihannya, kemandiriannya untuk menjaga kehormatan diri dengan tidak meminta, keikhlasan hati dan rasa syukur atas nikmat Allah melambungkan derajat Saad al-Anshori. Atas prestasi kepahlawanan Saad dan kebeningan hatinya, Rasulullah SAW tidak segan merengkuh tangan Saad yang melepuh simbol jihad menghidupi keluarga, sambil menciumnya Rasulullah bersabda, ‘Inilah tangan yang tidak akan tersentuh api neraka’.

Saudaraku, tangan merupakan organ tubuh yang sangat penting. Tangan pula yang membedakan manusia dengan makhluk lain dalam mengubah peradaban dunia. Semoga tangan-tangan kita terjaga dari perbuatan maksiat, dan menjadi alat untuk berjuang di jalan-Nya. Yaa Allah, jadikan tangan-tangan kami nanti tangan yang menjabat tangan Rasul-Mu. 

1 komentar:

  1. Alangkah bijasananya kalau suatu ilmu itu ada referensinya yang di tuliskan agar tidak ada kesan suatu ilmu itu terkesan OMDO atau ilustrasi yang di buat buat penulis.
    referensi itu akan menunjukan kearipan dalam berbagi ilmu dan tersampaikannya ilmu mengandung pesan ilmiah
    itulah kiranya statment yang di pegang para ulama terdahulu dalam menyampaikan ilmunya selalu mennyebutkan sanad/qiela anu dalam kitab anu halaman sekian menyebutkan ini itu...
    terima kasih... atas perhatiaannya
    saya senang bisa membaca artikel dari darusalam 45 ini apa lagi kalau tersampaikannya mengandung pesan ilmiah

    BalasHapus

tuliskan komentar anda disini