TANGAN YANG DICIUM RASULULLAH SAW
Rasulullah
Muhammad SAW adalah tokoh yang memiliki pengaruh luar biasa dalam kehidupan.
Beliau seperti matahari yang menjadi pusat orbit perubahan peradaban umat
manusia. Risalahnya menjadi panduan hidup tak tergantikan, kata-katanya
diaplikasikan pengikutnya dan perilakunya diteladani sepanjang jaman. Dalam
sejarah kehidupan Rasulullah SAW, setiap kali beliau hadir disuatu tempat,
orang memburu untuk melihat wajah lembutnya, berdesak untuk menyalami tangan
sucinya dan berebut memohon doa kebaikan darinya. Para sahabat setianya
mengerumuni beliau tak pernah lepas, baik dalam majlis yang damai maupun dalam
perang yang berkecamuk. Pribadi Rasulullah SAW laksanaka ‘magnet kesempurnaan’
yang menyedot ‘besi-besi kebaikan’ di sekitarnya.
Tetapi, tahukah
kita bahwa beliau pernah mencium dua tangan yang kemudian beliau doakan sebagai
tangan-tangan ahli surga? Gerangan tangan siapakah yang mendapat kehormatan
dicium oleh insan termulia?
Tangan pertama
adalah tangan putri tercinta beliau, Fatimah az-Zahra binti Rasulullah. Sejarah
mencatat bahwa setiap kali Rasulullah merindukan surga, maka beliau senantiasa
mendatangi Fatimah putrinya. Rasulullah SAW seringkali bersabda, “Fatimah
adalah belahan jiwaku, barangsiapa yang membuatnya bahagia, dia juga
membahagiakanku; dan barangsiapa yang menyebabkan dia berduka berarti juga
membuatku berduka”.
Apa yang
melatarbelakangi terpilihnya tangan Fatimah mendapat kemuliaan dan jaminan dari
ayahandanya? Fatimah az-Zahra adalah putri Rasulullah Saw buah perkawinannya
dengan Khadijah al-kubra, ummul mukminin. Fatimah kecil dididik dalam
atmosfir puncak kesederhanaan rumah tangga Nabi. Seluruh kemuliaan ayahanda
terekam jelas di hati Fatimah. Ujian begitu dahsyat yang bertubi-tubi menerpa
ayahandanya juga dialaminya. Berbagai ujian itulah yang menempa Fatimah menjadi
sosok yang tangguh. Sepeninggal ibu yang sangat dicintainya, Fatimah
mendampingi langsung perjuangan ayahandanya. Fatimah selalu menangis tersedu
manakala melihat ayahandanya yang berdakwah dicaci maki, dan dilempari kotoran.
Tangan Fatimahlah yang membersihkan kotoran di tubuh ayahandanya. Begitu besar
perhatian dan kasih sayang Fatimah pada ayahandanya sehingga dia dijuluki ummu
abiiha (Ibu dari ayahnya).
Setelah menikah
dengan Sayyidina Ali bin Abu Thalib kw, Fatimah tetap hidup sederhana. Meskipun
ayahnya memiliki kekuasaan penuh atas umat Islam, Fatimah tidak pernah meminta
lebih. Beliau tetap mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri, bahkan seringkali
tangannya melepuh karena menggiling gandum. Tangan ini pula yang terkenal
sangat dermawan. Bahkan dalam setiap doa, Fatimah senantiasa mendahulukan
menyebut tetangganya satu persatu agar diberikan ampunan dan keridhoan Allah
SWT, ketika Hasan bin Ali bin Abu Thalib, putranya, bertanya mengapa ibu
mendoakan semua tetangga, dan tidak menyebut satu orangpun anggota rumah,
Fatimah menjawab, ‘Al-jar qobla al-dar’ (dahulukan tetangga sebelum
rumah kita). Karena itu, tidak mengherankan kalau Rasul senantiasa mencium
tangan suci Fatimah.
Tangan kedua
yang dicium Rasulullah SAW adalah tangan seorang sahabat mulia Rasulullah, Saad
al-Anshori. Saad adalah simbol orang kecil. Tetapi penuh kejujuran dan
kesederhanaan dalam hidup. Dia hanya seorang tukang batu, yang kesehariannya
bergelut dengan terik matahari. Panas matahari menjadi sajian utama mengiringi
kerja kerasnya memecahkan batu demi batu. Saad mungkin tidak terlalu tenar
dalam lintas sejarah Islam, dibandingkan sahabat-sahabat yang lain. Tetapi
kegigihannya, kemandiriannya untuk menjaga kehormatan diri dengan tidak
meminta, keikhlasan hati dan rasa syukur atas nikmat Allah melambungkan derajat
Saad al-Anshori. Atas prestasi kepahlawanan Saad dan kebeningan hatinya,
Rasulullah SAW tidak segan merengkuh tangan Saad yang melepuh simbol jihad menghidupi
keluarga, sambil menciumnya Rasulullah bersabda, ‘Inilah tangan yang tidak
akan tersentuh api neraka’.
Saudaraku, tangan merupakan organ tubuh yang sangat
penting. Tangan pula yang membedakan manusia dengan makhluk lain dalam mengubah
peradaban dunia. Semoga tangan-tangan kita terjaga dari perbuatan maksiat, dan
menjadi alat untuk berjuang di jalan-Nya. Yaa Allah, jadikan tangan-tangan kami
nanti tangan yang menjabat tangan Rasul-Mu.