Kamis, 08 Oktober 2009



WHAT'S NEW?

REFORMATION CABINET OF DAR EL SALAAM


WHAT'S NEW?

Kiriman Foto Oleh: Ahmad Saefy

TRIMURTI...???!!! ^o^

Kamis, 01 Oktober 2009

Kajian...

WHAT'S NEW?

Mengkaji Kembali
Paradigma Pendidikan Kita (lanjutan)
Mengapa saya tidak setuju dengan persepsi sebagian masyarakat bahwa setiap lulusan Pondok Pesantren Darussalam pasti handal dalam ilmu umum maupun agamanya?

Pertama
Asumsi yang sudah melekat dikepala kita ini seperti dongeng anak-anak yang diceritakan sebelum tidur dan membuat kita terbuai dengan cerita itu.
Kita telah berdiri ditengah persaingan zaman yang begitu kompleks dalam segala bidang. Jika kita terus-terusan di-nina bobo-kan dengan "nama besar" lembaga,kita hanya bermimpi menjadi pahlawan super yang memakai (maaf) celana dalam diluar. Dan ketika tersadar, ternyata kita masih meringkuk diatas tempat tidur. '???'


Kedua
Banyak orang yang beranggapan bahwa dengan memasukkan anaknya kedalam lembaga/institusi keagamaan dalam hal ini Pondok Pesantren Modern ataupun semi Modern, garansi masa depan sebagai modal mencari penghidupan yang layak terbuka lebar.
Tentu saja ini bukan merupakan suatu kesalahan. Justru jika kita mau mengkaji lebih dalam, akan timbul setumpuk beban sosial yang cukup berat. Ketika hal tersebut dibiarkan begitu saja, maka akan menjadi segenggam bola salju yang menggelinding dan terus meluncur kebawah...
Sekali lagi saya tegaskan, ini adalah persaingan, tuntutan masyarakat umum sekaligus tantangan masa depan. Jika tidak segera menata pijakan yang jelas, maka sunnatullah-lah yang berbicara "tersungkur atau tergusur?"


Ketiga
Kita -wabil khusus saya (pen.)- adalah segelintir orang yang beruntung mendapatkan untaian mutiara dengan menyelam dalam lautan ilmu. Tapi sesudah itu, so what? Mutiara itu dari waktu ke waktu semakin tidak terlihat, terhalang oleh debu yang menumpuk diatasnya.
Sesungguhnya Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren (dan semua instrumen didalamnya) hanya media, sarana dan lebih bersifat sebagai passive object. Sedangkan santri, asatidz, Kiai, mudabbir, mu'allim adalah subject dari proses pembelajaran yang dinamis.
Jika ini tidak terjadi dan masing-masing pihak sudah cukup puas, sebagai bagian dari sebuah nama besar lembaga (Pondok Pesantren Darussalam misalnya), maka selesailah sudah fungsi akademiknya.
The game is over!.
Selanjutnya kita tidak bisa berharap hal-hal baru yang dapat membuka pandangan dan wawasan kita. Obor yang akan dijadikan penerang bagi masyarakat akan tercipta lembaga pendidikan yang tidak memiliki kegairahan untuk bergerak, bahkan untuk memanage dirinya sendiri kemasa depan, apa jadinya...?