WHAT'S NEW?
REFORMATION CABINET OF DAR EL SALAAM
Pertama
Asumsi yang sudah melekat dikepala kita ini seperti dongeng anak-anak yang diceritakan sebelum tidur dan membuat kita terbuai dengan cerita itu.
Kita telah berdiri ditengah persaingan zaman yang begitu kompleks dalam segala bidang. Jika kita terus-terusan di-nina bobo-kan dengan "nama besar" lembaga,kita hanya bermimpi menjadi pahlawan super yang memakai (maaf) celana dalam diluar. Dan ketika tersadar, ternyata kita masih meringkuk diatas tempat tidur. '???'
Kedua
Banyak orang yang beranggapan bahwa dengan memasukkan anaknya kedalam lembaga/institusi keagamaan dalam hal ini Pondok Pesantren Modern ataupun semi Modern, garansi masa depan sebagai modal mencari penghidupan yang layak terbuka lebar.
Tentu saja ini bukan merupakan suatu kesalahan. Justru jika kita mau mengkaji lebih dalam, akan timbul setumpuk beban sosial yang cukup berat. Ketika hal tersebut dibiarkan begitu saja, maka akan menjadi segenggam bola salju yang menggelinding dan terus meluncur kebawah...
Sekali lagi saya tegaskan, ini adalah persaingan, tuntutan masyarakat umum sekaligus tantangan masa depan. Jika tidak segera menata pijakan yang jelas, maka sunnatullah-lah yang berbicara "tersungkur atau tergusur?"
Ketiga
Kita -wabil khusus saya (pen.)- adalah segelintir orang yang beruntung mendapatkan untaian mutiara dengan menyelam dalam lautan ilmu. Tapi sesudah itu, so what? Mutiara itu dari waktu ke waktu semakin tidak terlihat, terhalang oleh debu yang menumpuk diatasnya.
Sesungguhnya Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren (dan semua instrumen didalamnya) hanya media, sarana dan lebih bersifat sebagai passive object. Sedangkan santri, asatidz, Kiai, mudabbir, mu'allim adalah subject dari proses pembelajaran yang dinamis.
Jika ini tidak terjadi dan masing-masing pihak sudah cukup puas, sebagai bagian dari sebuah nama besar lembaga (Pondok Pesantren Darussalam misalnya), maka selesailah sudah fungsi akademiknya.
The game is over!.
Selanjutnya kita tidak bisa berharap hal-hal baru yang dapat membuka pandangan dan wawasan kita. Obor yang akan dijadikan penerang bagi masyarakat akan tercipta lembaga pendidikan yang tidak memiliki kegairahan untuk bergerak, bahkan untuk memanage dirinya sendiri kemasa depan, apa jadinya...?
Profil Pesantren
Wallah a'lam
Saya teringat kembali dengan masa awal masuk pondok, atau bahasa kerennya menjadi santri baru, ketika mengikuti Khutbatul 'Arsy atau khutbah perkenalan yang diikuti oleh semua santri (idealnya hanya diikuti oleh santri baru). Ada pertanyaan yang sampai sekarang masih saya ingat. Kalau tidak salah adalah "kemanakah tujuanmu, dari mana, mau kemana dan mau dibawa kemana?". Dulu saya menjawabnya dengan kalimat yang sangat simpel, "dari rumah,mau mondok", itulah jawaban dari seorang calon santri (pada waktu itu) yang jujur dan tidak punya dosa, serta tidak tahu maksud pertanyaannya apa.
Tetapi jika pertanyaan itu diputar kembali dan diajukan kepada saya sekarang, maka bunyinya akan menjadi kurang lebih: "seperti apa karakter calon santri yang diharapkan oleh pondok pesantren? dan akan dibentuk jadi apa?"
Dengan diulangnya pertanyaan dasar semacam itu, apakah sekarang kita harus kembali kemasa itu? agar bisa menjawabnya dengan baik dan benar?... Tentu saja tidak. Yang harus kita lakukan adalah kembali ketitik awal dengan menapak tilasi sejarah sambil mengoreksi jejak peninggalan yang telah kita lewati, lalu mempersiapkan langkah pijakan dimasa depan.
Orang pintar mengatakan,'belajarlah dari pengalaman' atau versi bahasa Inggrisnya 'experience is the best teacher', tapi orang yang cerdas berkata "belajarlah dari pengalaman orang lain".
Saya mengakui, memang masih sangat jauh bagi saya untuk dapat disebut 'orang berhasil', tapi saya selalu bercermin kepada orang yang sudah mendahului saya dalam hal kesuksesan. Secara garis besar banyak hal pada saat ini yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan disebabkan oleh inti permasalahan yang tidak pernah terselesaikan. Maka, mau tak mau kita harus berlomba dengan mesin waktu sejarah, membuka pemikiran, menoleh kebelakang, melihat jejak langkah dan menyatukan kembali benang merah yang telah kusut dan terputus.
Lalu bagaimana perspektif kemungkinan yang dapat diharapkan untuk kedepannya? Apakah menjadi 'santri mambu' atau 'mambu santri'?
Baiklah, sekarang saya balik bertanya, "apa yang diinginkan lembaga Pondok Pesantren dari puluhan bahkan ratusan santri yang mendaftar setiap tahunnya?" apakah mereka akan dicetak menjadi kiai atau ustadz semua (bahkan pengertian ustadz pun pastilah tidak sederhana)?. Bagaimana penyaringannya? dari mulai pekan perkenalan, masa orientasi santri, pembekalan, sampai kepada materi yang diujikan untuk mengetahui minat calon santri. Jawabannya adalah, mencari calon santri yang skill religinya lumayan dan mau di didik.
Lalu lihatlah output nya setelah mereka lulus (dari yang melalui jalan lurus sampai dengan lewat jalan yang dimurkai), sebagian besar berprofesi sebagai pengangguran tetap (yang agak parah), yang kurang mujur menjadi kuli, petani, karyawan pabrik, karyawan kantor/OB, bahkan TKI, sedangkan yang agak lumayan, sesuai dengan basic pendidikannya adalah menjadi tenaga pengajar Madrasah Diniyah didaerahnya masing-masing. Dan itu adalah posisi yang cukup laku untuk alumnus pendidikan berbasis agama (baik yang megang ijazah maupun yang tangannya kosong). Selain itu ada juga yang beruntung meneruskan pendidikannya ke jenjang Perguruan Tinggi dengan biaya sendiri.
Output nya dianggap memiliki kualitas yang handal.
Saya termasuk yang tidak setuju dengan pendapat bahwa setiap lulusan Pondok Pesantren Darussalam pasti handal dalam skill keilmuan baik umum maupun agamanya.
Alasannya...?
It's real..., in front of our eyes, dan masih ada 3 (tiga) alasan yang akan saya sajikan dientri berikutnya.
Mari kita kaji bersama...
Wal 'afwu minkum...
Oh Pondokku...Tempat naung kitaDari kecil, sehingga dewasa
Oh Pondokku...Engkau berjasaPada ibuku, Indonesia
Tiap pagi dan petangKita beramai sembahyangMengabdi pada Allah Ta'alaDidalam kalbu kita
Wahai Pondok tempatkuLaksana ibu kandungkuNan kasih serta sayang padakuOh Pondokku...
I..bu...ku....
Tapi juga kepada masyarakat, agama, nusa dan bangsa...
Disebuah daerah yang cukup jauh dari keramaian, berada di sekitar aliran anak sungai Citarum, tersebutlah sebuah kampung yang sejuk, damai dan tenteram. Penduduknya sangat ramah dan menjunjung tinggi budipekerti serta sopan santun.'Kampung Kunir' itulah namanya, terletak diwilayah pemerintahan Desa Simpar Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang Jawa Barat.Dengan masyarakat sekitar yang mayoritas penghasilannya didapat dari hasil bertani dan bercocok tanam (sawah/ladang), maka bertambahlah keasrian dan ke-alamian kampung tersebut. Seiring waktu yang berjalan, tersebutlah salah seorang Kuwu/Lurah pemimpin desa tersebut yang bernama Romo KH. Hidayat al-maghfur lah (hadiyah lahu.. al-Fatihah...). Setelah sekian lama menjabat sebagai seorang kuwu, beliau merasa ada yang kurang dalam masyarakat yang dipimpinnya. Ya.., Siraman kerohanian atau ilmu agama.
Maka segeralah beliau berinisiatif membangun sebuah surau dan gubuk yang sangat sederhana, sebagai cikal bakal tempat untuk menempa masyarakat sekitar dan musafir yang haus akan ilmu agama, untuk digodok dalam kawah Chandradimuka agar menjadi manusia yang 'khairunnaas anfa'uhum linnaas'.
Maka dinamakanlah surau dan gubuk itu dengan sebutan Darussalam...
Daar berasal dari Bahasa Arab ( دار ) yang berarti 'rumah' atau dapat juga berarti 'kampung'.Sedangkan as-Salaam ( السلام ) sendiri memiliki arti yang luas, salah satunya adalah 'damai' atau 'kedamaian'.
Blog ini diluncurkan pada tanggal 06 Ramadhan 1430 H. bertepatan dengan tanggal 26 Agustus 2009.Tujuan, Visi & Misi
Menyatukan pikiran, Himmah dan Ghirah li i'laa_i kalimaatillah, sebagai ajang silaturrahim dan komunikasi antar alumnus, penyambung lidah alumni "Oh..Pondokku..", juga para simpatisan dan para anshar untuk menyatukan yang terserak dan mengumpulkan yang tersisa.Tentang Nama
Mengutip salah satu Firman Allah dalam Al-Qur'an:
واعتصموابحبل الله جميعاولاتفرقوا...(الآية..
Hmm..., kok ada '45 (apostrof empat lima_nya) sih..???.ٍSiapa Saja yang Boleh Bergabung..?
Memang sengaja dibuat demikian, karena yang meluncurkan blog ini adalah alumnus MAS Darussalam angkatan 2004/2005 atau kalau diplesetkan menjadi "Darussalam '45". Memang agak memaksakan sih...,tapi bukan bertujuan untuk narsis lho,,, dan bukankah ada yang mengatakan "apalah arti dari sebuah nama..."
Selain itu '45 juga ada kaitannya dengan hari lahir blog ini (coba deh lihat bulannya). Maksudnya..?!
Iya, karena bulan Agustus adalah bulan dimana Bangsa kita terbebas dari penjajahan yang telah mengekang kita selama beratus-ratus tahun. Maka dengan tabarukan tahoen '45 semoga kita semua dapat terus semangat! Semangat nasionalisme kebangsaan..! meneladani semangat para pejoeang kemerdekaan yang telah gugur dimedan perang...
Sesuai dengan tujuan diluncurkannya blog ini, maka siapa saja...
Yups..॥,siapa saja boleh memasukkan komentar, saran, usul, unek-unek pribadi, ganjalan hati dll. Bagi yang ingin berdiskusi...,boleh juga tuh... yang belum dapat jodoh..(he..he..) itu mah sampingan aja, atau yang mau tahu lebih tentang Pondok Pesantren. Dan yang paling penting...nO SARA!
sesuai perintah al-Qur'an:
"وجادلهم بالتى هي أحسن"
Oh iya,bagi yang ingin ikut sumbang sih corat-coret di blog ini, atau yang mau mengirimkan dan mencantumkan foto-foto memory silakan menghubungi e-mail address dibawah ini:
a_chi86@ymail.com
Buat semuanya yang sudah join with us,,,TERIMAKASIH YANG TAK TERHINGGA....karena ini milik kita semua...
DARI KITA, OLEH KITA
UNTUK KITA...!!!
AKHIRNYA...
Tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanya dimiliki oleh Dzat Yang Maha Sempurna.
Jika ada kesalahan, kekurangan, ketidak sempurnaan, pantaslah disematkan kepada makhluk yang dho'if ini.
Sekali lagi, kritik dan saran sangat kami nantikan agar dapat menjadi lebih baik dan termasuk kedalam golongan yang beruntung dimasa yang akan datang...
من كان يومه خيرمن أمسه فهورابح...